Ada cerita menarik dan sangat bermakna, pada hari selasa 22 mei 2012 saat waktu tiba jatuh makan siang, petinggi perusaahaan minta dihubungi, dan kebeneran ada sesuatu untuk bahan menyelesaian menjelang masa purnabakti, saya mengerti bapak mengundang untuk makan siang bersama, saya ragu untuk bergabung dengan teman kerja makan bersama itu. Akhirnya saya menunggu di kantor barangkali ada kabar baik dari saudara saya selepas makan siang bersama. Baru tiga hisapan rokok ada teman lama bermain bulutangkis menemui saya, rupanya dia selesai menuaikan shalat dhuhurnya.
Membuka percakapan mulai ngalor ngidul cerita kabar baik dan anak masing masing, trus berlanjut pembicaraan ketingat serius menyangkut keyakinan, dengan enak dan lugas serta percaya diri bercerita tentang kondisi sekarang. dari tingkat pekerjaan sampai idiologi dan karakter teman kerja sekitarnya.
“ sebenarnya agama islam adalah yang terbaik, mungkin dalam pelaksanaannya ada yang berbeda”
“ saya kurang suka jika sebentar-bentar temen kita sering mengatakan bid’ah, itu tidak sesuai dengan sunah “
“ apalagi jika dia bercerita kadang sebagai dokrin, tiada kesempatan saya untuk mengatakan dan mengutarakan isi hati saya yang saya ketahui”
“ mengapa ya......”
katanya lagi dan saya akan tetap diam karena saya tahu dia sudah lama jarang ketemu dan bermain bulutangkis dengan saya sekarang-sekarang ini, ya tahulah waktu saya habis untuk dikantor, dirumah dan diperjalanan kerja. mungkin saya adalah teman baik untuk mencurahkan apa yang dia ketahuinya,
“ seharusnyakan tahulah jika tujuannya mau ke atrium senen..., kan ada beberapa pilihan untuk menuju kesana yaa..., bisa lewat gunung sahari..., bisa salemba..., bisa juga lewat yos sudarsokan, atau bisa lewat jalan alternatif lain, yaitu gang perumahan sekitarnya, terserahlah yang jelas semua mau ke atrium.”
“ jika dia punya mobil, ya... jalan besar misalnya lewat gunung sahari atau salemba, jika jalan kaki saja, naik bis umum atau busway, dll “
“ terserah yang bersangkutan dan kemampuan untuk meraih tujuannya tentunya yang dituju “
katanya sambil sedikit meninggi dan lalu mengambil sebatang rokok paman sam trus dinyalakan dan di isapnya dengan serius.
obrolan berhenti sampai disini karena ada yang lewat mau makan siang. maklum tempat ngobrolnya dekat meja saptam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar