Terima kasih telah berkunjung...semoga yang tertulis melekat di hati...mari kita berbagi...

Selasa, 22 Mei 2012

Cerita Asap 2


selanjutnya setelah agak sepi, tiada lagi lalu lalang dan asap rokokpun semangkin pekat, karena saya ikut nglepus sudah hampir 2 batang, desah nafas di iringi keluarnya asap kentara sekali.
“ dulu.......” katanya, sambil mengerutkan keningnya......” saya pernah bekerja di perumahan orang tiongkok ( cina )....... orangnya baik....penuh pengertiannya....”
keseriusannya dalam bercerita sudah mulai nampak......” nah waktu jam istirahat siang... pas waktu menjelang panggilang azan mengumandang dekat mesjid....saya lagi merapikan sedikit pekerjaan yaaa...pinishinglah.....sampai suara azan berakhir saya masih belum selesai........” dia diam sebentar.....lalu katanya lagi..” saya terkejut di pegang pundaknya.... pas saya negok eh gak taunya tuan rumah......dan dia mengatakan....” loh... kowe olang.. tidak solat laah.....” saya kaget....karena engkoh itu pake sarung dan kopiah....tandanya di selesai shalat dhuhur.....” owe kagelah.... aku olang islam........yaaaa” “....dulu owe baca tuh buku....(sambil nunjuk ke arah rak buku....yang terlihat rapi.... dan beberapa saatpun engkoh ambil tuh buku trus berjalan mendekati kearah saya )..... owe salut tentang islam dan tak lama owe jadi mualaf.......nah owe binggung juga ama lu orang.... kenapa gak sesuai ama buku ini..... ( mungkin maksudnya kok tidak shalat, menunda shalat kira-kira begitulah, engkoh itu sambil memperlihatkan lembaran buku yang dibukanya)...............
“Tau gak ji.......”( teman saya panggil saya sambil nepuk paha)....saya tuh kaget....orang cina itu nyindir saya.....pada waktu dia nepok dan saya tengok di pake peci ama sarung aja saya kaget,,,,,,sekarang dia malah nasehatin saya.......”
“ saya akhirnya mengucapkan terima kasih atas sindiran si engkoh tersebut “
“... inilah ji ( pangilan saya).......betapa islam itu terbuka... dan Allah akan memberikan hidayah kepada siapapun.....di dunia ini tanpa lihat kedudukan, suku bangsa, hitam pitih, dll... jika Allah bekehendak pastilah terjadi...”... “ nah kita kembali ke pembicaraan awal ( ceriata asap 1)...” kenapa ya...kita sering bermasalahkan antar kita sendiri, dan akan terlihat oleh dengan umat yang lain jika islam ini tidak kompak, tidak saling menguatkan....... maaf ya jii.......sepertinya tidak ada tepo seliro begitu...” dengan suara merendah....... trus dia melihat saya sambil merokok dengan asik sambil mendengarkan, karena rokoknya sudah habis dari tadi maka di ambil sebungkus rokok yang berapa disaku celananya dan  diambilnya sebatang trus di nyalakan....dan mengisap kembali......pushhhhh......
karena ada yang bertanya tentang seseorang ke satpam maka otomatis cerita di jeda dulu, saya pun turut menyelaskan kepada tamu tersebut.......

Cerita Asap 1


Ada cerita menarik dan sangat bermakna, pada hari selasa 22 mei 2012 saat waktu tiba jatuh makan siang, petinggi perusaahaan minta dihubungi, dan kebeneran ada sesuatu untuk bahan menyelesaian menjelang masa purnabakti, saya mengerti bapak mengundang untuk makan siang bersama, saya ragu untuk bergabung dengan teman kerja makan bersama itu. Akhirnya saya menunggu di kantor barangkali ada kabar baik dari saudara saya selepas makan siang bersama. Baru tiga hisapan rokok ada teman lama bermain bulutangkis menemui saya, rupanya dia selesai menuaikan shalat dhuhurnya.
Membuka percakapan mulai ngalor ngidul cerita kabar baik dan anak masing masing, trus berlanjut pembicaraan ketingat serius menyangkut keyakinan, dengan enak dan lugas serta percaya diri bercerita tentang kondisi sekarang. dari tingkat pekerjaan sampai idiologi dan karakter teman kerja sekitarnya.
“ sebenarnya agama islam adalah yang terbaik, mungkin dalam pelaksanaannya ada yang berbeda”
“ saya kurang suka jika sebentar-bentar temen kita sering mengatakan bid’ah, itu tidak sesuai dengan sunah “
“ apalagi jika dia bercerita kadang sebagai dokrin, tiada kesempatan saya untuk mengatakan dan mengutarakan isi hati saya yang saya ketahui”
“ mengapa ya......”
katanya lagi dan saya akan tetap diam karena saya tahu dia sudah lama jarang ketemu dan bermain bulutangkis dengan saya sekarang-sekarang ini, ya tahulah waktu saya  habis untuk dikantor, dirumah dan diperjalanan kerja. mungkin saya adalah teman baik untuk mencurahkan apa yang dia ketahuinya,
“ seharusnyakan tahulah jika tujuannya mau ke atrium senen..., kan ada beberapa pilihan untuk menuju kesana yaa..., bisa lewat gunung sahari..., bisa salemba..., bisa juga lewat yos sudarsokan, atau bisa lewat jalan alternatif lain, yaitu gang perumahan sekitarnya, terserahlah yang jelas semua mau ke atrium.”
“ jika dia punya mobil, ya... jalan besar misalnya lewat gunung sahari atau salemba, jika jalan kaki saja, naik bis umum atau busway, dll “
“ terserah yang bersangkutan dan kemampuan untuk meraih tujuannya tentunya yang dituju “
katanya sambil sedikit meninggi dan lalu mengambil sebatang rokok paman sam trus dinyalakan dan di isapnya dengan serius.
obrolan berhenti sampai disini karena ada yang lewat mau makan siang. maklum tempat ngobrolnya dekat meja saptam.

Selasa, 15 Mei 2012

Bekerja Di Tempat Yang Sangat Menuntut

Catatan Kepala: ”Bekerja di tempat yang santai itu memang enak. Tapi, hati-hati. Karena tempat kerja yang serba santai bisa membuat kita menjadi malas.”

Jika Anda mendapatkan gaji tinggi, tentu Anda merasa senang, bukan? Bagaimana jika disamping mendapatkan gaji yang tinggi itu, Anda juga mendapatkan penugasan yang sulit-sulit? Anda masih tetap senang. Karena, jerih payah Anda menghasilkan bayaran sepadan. Atau bisa juga Anda berpikir sebaliknya; karena dibayar tinggi, maka pantaslah kalau perusahaan menuntut banyak. Anda masih oke-oke saja. Karena pekerjaan berat merupakan konsekuensi logis dari gaji tinggi. Sekarang, bagaimana seandainya Anda mendapatkan gaji setinggi itu, namun Anda tidak diberi tugas apapun? Setiap hari, Anda hanya datang ke kantor. Bengong.  Lalu pulang. Apakah Anda masih merasa senang?

Di sebuah radio swasta di Jakarta pernah ada dialog tentang orang-orang yang digaji tinggi, namun diberi tugas yang ringan sekali. Ada cukup banyak pendengar yang menelepon. Khususnya mereka yang mengalaminya. Mereka dibayar mahal. Tapi dikasih pekerjaan yang sangat sedikit. Ternyata tak seorang pun merasa senang dengan kondisi itu. Rata-rata mereka menyatakan ingin mencari tempat kerja lain yang ‘lebih menantang’. Ini merupakan pelajaran penting bagi orang-orang yang merasa gerah karena bekerja di perusahaan yang sangat menuntut. Ternyata, justru bekerja di tempat yang sangat menuntut itulah yang bisa membuat kita merasa puas di kemudian hari. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar untuk tetap positif di lingkungan kerja yang serba menuntut, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™)berikut ini:  

1.      Waspada terhadap perkembangan zaman. Apa yang dianggap bagus dimasa lalu, sering kali tidak lagi dihargai saat ini. Boleh jadi, apa yang saat ini dianggap bagus, beberapa tahun yang akan datang juga tidak dinilai bagus lagi. Sama halnya dengan diri kita juga. Cara bekerja yang saat ini menjadi andalan kita, mungkin tidak akan cocok lagi 10 tahun yang akan datang. Disaat tuntutan kerja sudah semakin berkembang dan semakin keras, orang-orang muda yang datang belakangan mungkin lebih maju dari kita. Atau teman-teman seangkatan kita lebih adaptif dari kita. Gawat, kita bisa tersisih. Oleh karenanya, jangan terlalu senang dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang gampang. Karena hal itu bisa mengancam tingkat kecocokan diri kita dengan tuntutan pekerjaan di masa depan. Justru, kita butuh pekerjaan yang menantang dan sangat menuntut itu.

2.      Waspada terhadap perkembangan orang lain. Banyak sekali fakta yang menunjukkan jika ‘orang baru’ bergerak lebih cepat dari ‘orang lama’. Padahal, semestinya sih, orang yang lebih lama itu memiliki pengalaman, kematangan, dan keterampilan kerja yang jauh lebih baik daripada orang lain yang baru datang. Kenapa bisa begitu? Penyebabnya seringkali karena orang-orang baru lebih gigih dalam berusaha. Lebih giat dalam mempelajari sesuatu. Dan lebih lapar terhadap tugas dan pekerjaan yang menantang. Jika kita tidak memiliki sikap-sikap pembelajar sepanjang masa seperti mereka, kita juga akan tersisih. Makanya, asah terus keterampilan kita dengan mengerjakan tugas-tugas yang menantang. Supaya kita, tidak ketinggalan oleh perkembangan orang lain.

3.      Waspada terhadap memburuknya diri sendiri. Umur kita pasti bertambah. Sedangkan kekuatan fisik kita pasti berkurang.  Itu adalah kondisi normal setiap manusia. Yang tidak normal adalah; ketika keahlian kita juga menjadi berkurang. Apakah itu mungkin? Sangat mungkin. Jika kita semakin jarang menggunakan keahlian itu. Banyak orang yang bersembunyi dibalik usia. Atau merasa dirinya sudah senior sehingga ogah melakukan pekerjaan dan tugas-tugas menantang. Padahal, menghindari tugas-tugas menantang seperti itulah yang justru menyebabkan tumpulnya keahlian kita. Ingat dengan ular yang konon dulu pernah memiliki kaki? Organ tubuh penting itu menghilang karena tidak didayagunakan. Begitu pula dengan diri kita. Dengan tugas ringan, maka kita bisa terancam oleh memburuknya kualitas pribadi kita. Dengan tugas yang menantang, kita akan semakin terlatih. Dan semakin bisa diandalkan.

4.      Wasapada terhadap potensi diri yang terbengkalai. Kita sering terlampau sibuk membangga-banggakan diri sebagai mahluk yang mempunyai potensi tidak terbatas. Tapi kita sering lupa bahwa yang menentukan kualitas hidup kita bukanlah potensi yang tidak terbatas itu. Melainkan potensi diri yang sudah berhasil kita ubah menjadi kekuatan atau kemampuan aktual. Lagi pula, kita tidak membutuhkan potensi diri yang tanpa batas kok. Terbatas juga tidak apa-apa. Asal kita bisa mengoptimalkannya. Dan ternyata, bukan pekerjaan yang ringan atau yang gampang-gampang yang bisa membantu kita untuk mengoptimalkan potensi diri. Karena, pekerjaan ringan justru menyebabkan potensi diri kita terbengkalai. Sebaliknya, pekerjaan yang menantang membuat potensi diri kita tergali, dan terdayagunakan. Dengan demikian, kita mendapatkan manfaatnya bagi kehidupan kita sendiri.

5.      Waspada dengan kesempatan yang kita miliki. Banyak orang yang mengeluh, karena pekerjaannya berat sekali. Atau, kesal karena atasannya maunya banyak sekali. Atau sebel karena tuntutan perusahaan naik, dan naik lagi. Lalu dengan berat hati menjalani hari demi hari. Banyak juga orang yang mensyukuri sejelek apapun kondisi kerjanya. Lalu mereka bersungguh-sungguh menjalaninya. Sehingga dalam kondisi jelek itupun mereka mencatatkan prestasi dan sikap yang baik. Sabar dengan sikap atasannya. Tabah dengan tuntutan kerja dari perusahaannya. Sambil terus mengerahkan yang terbaik didalam dirinya. Tanpa terasa, karir mereka sedikit demi sedikit membaik. Hingga akhirnya, mereka sampai kepada pencapaian yang tinggi. Kita termasuk orang yang pertama? Ataukah yang kedua? Faktanya, kedua jenis orang itu memiliki kesempatan yang sama. Tapi pencapaiannya berbeda. Makanya, gunakanlah tantangan berat dalam pekerjaan yang kita hadapi saat ini; untuk meraih kesempatan-kesempatan yang lebih baik di kemudian hari.

Bersyukurlah. Jika saat ini Anda bekerja di tempat yang sangat menuntut. Yang memberi Anda penugasan-penugasan yang sulit. Karena, tidak ada pekerjaan ringan yang bisa membakar semangat dari dalam diri kita. Tidak ada atasan permisif yang dapat membangkitkan potensi diri kita. Dan tidak ada tanggungjawab kecil yang mampu membangunkan kepasitas terbesar pribadi kita. Justru kita butuh tugas berat, yang memaksa kita mengerahkan semua daya diri yang kita miliki. Agar kita berkesempatan untuk menjadi pribadi yang seutuhnya. Yaitu pribadi yang Tuhan ciptakan dengan segala keunggulan.

dari DeKa – 15 Mei 2012

Catatan Kaki:
Penugasan gampang hanya membuat kita senang sekarang. Sedangkan pekerjaan yang menantang, membuka peluang untuk bisa berbahagia dimasa mendatang.