Terima kasih telah berkunjung...semoga yang tertulis melekat di hati...mari kita berbagi...

Kamis, 07 Juni 2012

Pesan Makrifat Nabi Khidir Kepada Nabi Musa ( Pesan 1 )


Pesan Makrifat Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa, dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”. Jawab Nabi Khidir : Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang lain, Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan. Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imron! (Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).
“Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang lain.
  1. Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena keberadaannya sangat dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa kehilangan sehingga yang akan dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai penggantinya yang setaraf pun tidak ada.
  2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Kerukunan dan ketentraman lingkungan didambakan disetiap warga. Dan apabila ada seseorang yang membuat resah masyarakat yang menimbulkan kecemasan mereka, kepergiannya tidak akan dinantikan kedatangannya lagi. Dengan kepergiannya, masyarakat merasa tentram, keberadaannya disetiap yang ditempati selalu dibenci dan bahkan diusir.
  3. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Muka cemberut dan kusam menunjukkan wajah atau hati sedih dan kurang senang pada keadaan. Terimalah apa adanya dengan senang hati, jalani saja kehidupan ini dengan ketabahan dan sabar, walaupun pahit dirasa. Kejadian apapun yang kita alami, pasti Allah akan memberikan hikmah dan pelajaran dibaliknya. Dengan demikian kesedihan pun sirna dengan sendirinya, dan wajah kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.
  4. Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja tanpa tujuan. Keras kepala adalah sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh, karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik lainnya, kalau sifat keras kepala masih mendominasi pada diri yang akibatnya dapat merugikan diri sendiri bekerja pun tak terarah dan sia-sia.
  5. Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena kekeliruannya saja. Kemudian tangisi dosa-dosamu.
  6. Menyalahkan orang lain atau mencela tidak diperbolehkan oleh Nabi Khidir karena beliau berlandaskan firman Allah dalam surat Al Insyiqaq ayat 19 : “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kejadiannya)”.
  7. Manusia diciptakan oleh Allah tingkat demi tingkat, salah satunya tingkat pemahaman belum berubah atau berbeda sebab yang dicela tingkat pemahamannya dibawah yang mencela, logislah yang mencela atau menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas 3 kok disalahkan oleh orang kelas 5. Seharusnya  kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang benar, segeralah mohon ampun kepada Allah dan jangan diulangi lagi.

Selasa, 22 Mei 2012

Cerita Asap 2


selanjutnya setelah agak sepi, tiada lagi lalu lalang dan asap rokokpun semangkin pekat, karena saya ikut nglepus sudah hampir 2 batang, desah nafas di iringi keluarnya asap kentara sekali.
“ dulu.......” katanya, sambil mengerutkan keningnya......” saya pernah bekerja di perumahan orang tiongkok ( cina )....... orangnya baik....penuh pengertiannya....”
keseriusannya dalam bercerita sudah mulai nampak......” nah waktu jam istirahat siang... pas waktu menjelang panggilang azan mengumandang dekat mesjid....saya lagi merapikan sedikit pekerjaan yaaa...pinishinglah.....sampai suara azan berakhir saya masih belum selesai........” dia diam sebentar.....lalu katanya lagi..” saya terkejut di pegang pundaknya.... pas saya negok eh gak taunya tuan rumah......dan dia mengatakan....” loh... kowe olang.. tidak solat laah.....” saya kaget....karena engkoh itu pake sarung dan kopiah....tandanya di selesai shalat dhuhur.....” owe kagelah.... aku olang islam........yaaaa” “....dulu owe baca tuh buku....(sambil nunjuk ke arah rak buku....yang terlihat rapi.... dan beberapa saatpun engkoh ambil tuh buku trus berjalan mendekati kearah saya )..... owe salut tentang islam dan tak lama owe jadi mualaf.......nah owe binggung juga ama lu orang.... kenapa gak sesuai ama buku ini..... ( mungkin maksudnya kok tidak shalat, menunda shalat kira-kira begitulah, engkoh itu sambil memperlihatkan lembaran buku yang dibukanya)...............
“Tau gak ji.......”( teman saya panggil saya sambil nepuk paha)....saya tuh kaget....orang cina itu nyindir saya.....pada waktu dia nepok dan saya tengok di pake peci ama sarung aja saya kaget,,,,,,sekarang dia malah nasehatin saya.......”
“ saya akhirnya mengucapkan terima kasih atas sindiran si engkoh tersebut “
“... inilah ji ( pangilan saya).......betapa islam itu terbuka... dan Allah akan memberikan hidayah kepada siapapun.....di dunia ini tanpa lihat kedudukan, suku bangsa, hitam pitih, dll... jika Allah bekehendak pastilah terjadi...”... “ nah kita kembali ke pembicaraan awal ( ceriata asap 1)...” kenapa ya...kita sering bermasalahkan antar kita sendiri, dan akan terlihat oleh dengan umat yang lain jika islam ini tidak kompak, tidak saling menguatkan....... maaf ya jii.......sepertinya tidak ada tepo seliro begitu...” dengan suara merendah....... trus dia melihat saya sambil merokok dengan asik sambil mendengarkan, karena rokoknya sudah habis dari tadi maka di ambil sebungkus rokok yang berapa disaku celananya dan  diambilnya sebatang trus di nyalakan....dan mengisap kembali......pushhhhh......
karena ada yang bertanya tentang seseorang ke satpam maka otomatis cerita di jeda dulu, saya pun turut menyelaskan kepada tamu tersebut.......

Cerita Asap 1


Ada cerita menarik dan sangat bermakna, pada hari selasa 22 mei 2012 saat waktu tiba jatuh makan siang, petinggi perusaahaan minta dihubungi, dan kebeneran ada sesuatu untuk bahan menyelesaian menjelang masa purnabakti, saya mengerti bapak mengundang untuk makan siang bersama, saya ragu untuk bergabung dengan teman kerja makan bersama itu. Akhirnya saya menunggu di kantor barangkali ada kabar baik dari saudara saya selepas makan siang bersama. Baru tiga hisapan rokok ada teman lama bermain bulutangkis menemui saya, rupanya dia selesai menuaikan shalat dhuhurnya.
Membuka percakapan mulai ngalor ngidul cerita kabar baik dan anak masing masing, trus berlanjut pembicaraan ketingat serius menyangkut keyakinan, dengan enak dan lugas serta percaya diri bercerita tentang kondisi sekarang. dari tingkat pekerjaan sampai idiologi dan karakter teman kerja sekitarnya.
“ sebenarnya agama islam adalah yang terbaik, mungkin dalam pelaksanaannya ada yang berbeda”
“ saya kurang suka jika sebentar-bentar temen kita sering mengatakan bid’ah, itu tidak sesuai dengan sunah “
“ apalagi jika dia bercerita kadang sebagai dokrin, tiada kesempatan saya untuk mengatakan dan mengutarakan isi hati saya yang saya ketahui”
“ mengapa ya......”
katanya lagi dan saya akan tetap diam karena saya tahu dia sudah lama jarang ketemu dan bermain bulutangkis dengan saya sekarang-sekarang ini, ya tahulah waktu saya  habis untuk dikantor, dirumah dan diperjalanan kerja. mungkin saya adalah teman baik untuk mencurahkan apa yang dia ketahuinya,
“ seharusnyakan tahulah jika tujuannya mau ke atrium senen..., kan ada beberapa pilihan untuk menuju kesana yaa..., bisa lewat gunung sahari..., bisa salemba..., bisa juga lewat yos sudarsokan, atau bisa lewat jalan alternatif lain, yaitu gang perumahan sekitarnya, terserahlah yang jelas semua mau ke atrium.”
“ jika dia punya mobil, ya... jalan besar misalnya lewat gunung sahari atau salemba, jika jalan kaki saja, naik bis umum atau busway, dll “
“ terserah yang bersangkutan dan kemampuan untuk meraih tujuannya tentunya yang dituju “
katanya sambil sedikit meninggi dan lalu mengambil sebatang rokok paman sam trus dinyalakan dan di isapnya dengan serius.
obrolan berhenti sampai disini karena ada yang lewat mau makan siang. maklum tempat ngobrolnya dekat meja saptam.

Selasa, 15 Mei 2012

Bekerja Di Tempat Yang Sangat Menuntut

Catatan Kepala: ”Bekerja di tempat yang santai itu memang enak. Tapi, hati-hati. Karena tempat kerja yang serba santai bisa membuat kita menjadi malas.”

Jika Anda mendapatkan gaji tinggi, tentu Anda merasa senang, bukan? Bagaimana jika disamping mendapatkan gaji yang tinggi itu, Anda juga mendapatkan penugasan yang sulit-sulit? Anda masih tetap senang. Karena, jerih payah Anda menghasilkan bayaran sepadan. Atau bisa juga Anda berpikir sebaliknya; karena dibayar tinggi, maka pantaslah kalau perusahaan menuntut banyak. Anda masih oke-oke saja. Karena pekerjaan berat merupakan konsekuensi logis dari gaji tinggi. Sekarang, bagaimana seandainya Anda mendapatkan gaji setinggi itu, namun Anda tidak diberi tugas apapun? Setiap hari, Anda hanya datang ke kantor. Bengong.  Lalu pulang. Apakah Anda masih merasa senang?

Di sebuah radio swasta di Jakarta pernah ada dialog tentang orang-orang yang digaji tinggi, namun diberi tugas yang ringan sekali. Ada cukup banyak pendengar yang menelepon. Khususnya mereka yang mengalaminya. Mereka dibayar mahal. Tapi dikasih pekerjaan yang sangat sedikit. Ternyata tak seorang pun merasa senang dengan kondisi itu. Rata-rata mereka menyatakan ingin mencari tempat kerja lain yang ‘lebih menantang’. Ini merupakan pelajaran penting bagi orang-orang yang merasa gerah karena bekerja di perusahaan yang sangat menuntut. Ternyata, justru bekerja di tempat yang sangat menuntut itulah yang bisa membuat kita merasa puas di kemudian hari. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar untuk tetap positif di lingkungan kerja yang serba menuntut, saya ajak memulainya dengan menerapkan 5 prinsip Natural Intelligence (NatIn™)berikut ini:  

1.      Waspada terhadap perkembangan zaman. Apa yang dianggap bagus dimasa lalu, sering kali tidak lagi dihargai saat ini. Boleh jadi, apa yang saat ini dianggap bagus, beberapa tahun yang akan datang juga tidak dinilai bagus lagi. Sama halnya dengan diri kita juga. Cara bekerja yang saat ini menjadi andalan kita, mungkin tidak akan cocok lagi 10 tahun yang akan datang. Disaat tuntutan kerja sudah semakin berkembang dan semakin keras, orang-orang muda yang datang belakangan mungkin lebih maju dari kita. Atau teman-teman seangkatan kita lebih adaptif dari kita. Gawat, kita bisa tersisih. Oleh karenanya, jangan terlalu senang dengan pekerjaan dan tugas-tugas yang gampang. Karena hal itu bisa mengancam tingkat kecocokan diri kita dengan tuntutan pekerjaan di masa depan. Justru, kita butuh pekerjaan yang menantang dan sangat menuntut itu.

2.      Waspada terhadap perkembangan orang lain. Banyak sekali fakta yang menunjukkan jika ‘orang baru’ bergerak lebih cepat dari ‘orang lama’. Padahal, semestinya sih, orang yang lebih lama itu memiliki pengalaman, kematangan, dan keterampilan kerja yang jauh lebih baik daripada orang lain yang baru datang. Kenapa bisa begitu? Penyebabnya seringkali karena orang-orang baru lebih gigih dalam berusaha. Lebih giat dalam mempelajari sesuatu. Dan lebih lapar terhadap tugas dan pekerjaan yang menantang. Jika kita tidak memiliki sikap-sikap pembelajar sepanjang masa seperti mereka, kita juga akan tersisih. Makanya, asah terus keterampilan kita dengan mengerjakan tugas-tugas yang menantang. Supaya kita, tidak ketinggalan oleh perkembangan orang lain.

3.      Waspada terhadap memburuknya diri sendiri. Umur kita pasti bertambah. Sedangkan kekuatan fisik kita pasti berkurang.  Itu adalah kondisi normal setiap manusia. Yang tidak normal adalah; ketika keahlian kita juga menjadi berkurang. Apakah itu mungkin? Sangat mungkin. Jika kita semakin jarang menggunakan keahlian itu. Banyak orang yang bersembunyi dibalik usia. Atau merasa dirinya sudah senior sehingga ogah melakukan pekerjaan dan tugas-tugas menantang. Padahal, menghindari tugas-tugas menantang seperti itulah yang justru menyebabkan tumpulnya keahlian kita. Ingat dengan ular yang konon dulu pernah memiliki kaki? Organ tubuh penting itu menghilang karena tidak didayagunakan. Begitu pula dengan diri kita. Dengan tugas ringan, maka kita bisa terancam oleh memburuknya kualitas pribadi kita. Dengan tugas yang menantang, kita akan semakin terlatih. Dan semakin bisa diandalkan.

4.      Wasapada terhadap potensi diri yang terbengkalai. Kita sering terlampau sibuk membangga-banggakan diri sebagai mahluk yang mempunyai potensi tidak terbatas. Tapi kita sering lupa bahwa yang menentukan kualitas hidup kita bukanlah potensi yang tidak terbatas itu. Melainkan potensi diri yang sudah berhasil kita ubah menjadi kekuatan atau kemampuan aktual. Lagi pula, kita tidak membutuhkan potensi diri yang tanpa batas kok. Terbatas juga tidak apa-apa. Asal kita bisa mengoptimalkannya. Dan ternyata, bukan pekerjaan yang ringan atau yang gampang-gampang yang bisa membantu kita untuk mengoptimalkan potensi diri. Karena, pekerjaan ringan justru menyebabkan potensi diri kita terbengkalai. Sebaliknya, pekerjaan yang menantang membuat potensi diri kita tergali, dan terdayagunakan. Dengan demikian, kita mendapatkan manfaatnya bagi kehidupan kita sendiri.

5.      Waspada dengan kesempatan yang kita miliki. Banyak orang yang mengeluh, karena pekerjaannya berat sekali. Atau, kesal karena atasannya maunya banyak sekali. Atau sebel karena tuntutan perusahaan naik, dan naik lagi. Lalu dengan berat hati menjalani hari demi hari. Banyak juga orang yang mensyukuri sejelek apapun kondisi kerjanya. Lalu mereka bersungguh-sungguh menjalaninya. Sehingga dalam kondisi jelek itupun mereka mencatatkan prestasi dan sikap yang baik. Sabar dengan sikap atasannya. Tabah dengan tuntutan kerja dari perusahaannya. Sambil terus mengerahkan yang terbaik didalam dirinya. Tanpa terasa, karir mereka sedikit demi sedikit membaik. Hingga akhirnya, mereka sampai kepada pencapaian yang tinggi. Kita termasuk orang yang pertama? Ataukah yang kedua? Faktanya, kedua jenis orang itu memiliki kesempatan yang sama. Tapi pencapaiannya berbeda. Makanya, gunakanlah tantangan berat dalam pekerjaan yang kita hadapi saat ini; untuk meraih kesempatan-kesempatan yang lebih baik di kemudian hari.

Bersyukurlah. Jika saat ini Anda bekerja di tempat yang sangat menuntut. Yang memberi Anda penugasan-penugasan yang sulit. Karena, tidak ada pekerjaan ringan yang bisa membakar semangat dari dalam diri kita. Tidak ada atasan permisif yang dapat membangkitkan potensi diri kita. Dan tidak ada tanggungjawab kecil yang mampu membangunkan kepasitas terbesar pribadi kita. Justru kita butuh tugas berat, yang memaksa kita mengerahkan semua daya diri yang kita miliki. Agar kita berkesempatan untuk menjadi pribadi yang seutuhnya. Yaitu pribadi yang Tuhan ciptakan dengan segala keunggulan.

dari DeKa – 15 Mei 2012

Catatan Kaki:
Penugasan gampang hanya membuat kita senang sekarang. Sedangkan pekerjaan yang menantang, membuka peluang untuk bisa berbahagia dimasa mendatang.

Rabu, 16 November 2011

As-Sholah : Perjalanan Menuju Allah

Dalam buku As-Sholah, Perjalanan Menuju Allah penulisnya bapak Imam Sutrisno, menjelaskan beberapa makna sangat penting usaha dan cara kita menjalankan ibadah sholat.
Disini saya cuplik beberapa alur yang sangat membantu sekali dalam berkaitan dengan ibadah sholat, mudahan pengarang mengijinkan dengan iklas, karena saya memuat tanpa seizin beliau. Saya mendoakan semoga amal ibadah dalam pemikiran tersebut mendapat imbalan yang terbaik dari Allah.

1. Makna proses pembersihan dalam wudhu dan sasaran tujuannya :

Wudhu merupakan sebuah proses pembersihan lahir dan batin, penyucian jiwa di lembah Istighfar.

Sadarilah bahwa air yang begitu agung rahasianya diciptakan Allah Azza wa Jalla sebagai wasilah melalui perenungan, "menghidupkan" kejernihan, kelembutan, kesucian, keberkahan dan kelembutan percampurannya. Hidupkanlah lahir dengan kesucian, dengan berkahnya dijauhkan dari kemalasan, kelemahan dan rasa kantuk dalam diri. Hidupkanlah batin dengan perenungan tentang tempat bermula (mabda'), tempat berakhir (muntaha'), tempat kejadian (mansya') dan tempat kembali (marja').

Sebuah alinea yang begitu agung dan indah merupakan tujuan puncak dari harapan para 'arif terdapat dalam Al Munajat asy Sya'baniyyah :
"Illahi, berilah aku keterputusan yang sempurna (dari segala sesuatu agar dapat menghadap) kepada-Mu ; terangilah mata hati kami dengan kilau pandangannya kepada-Mu hingga mata hati itu dapat membakar tabirtabir cahaya, lalu ia sampai pada mutiara keagungan, dan ruh kami menjadi terikat pada kemuliaan kudus-Mu”.


2. Makna proses dalam menutup aurat dan sasaran tujuan akhirnya :

Menutup aurat merupakan salah satu syarat syahnya seseorang, tidak bisa dikatakan sah, bila aurat tidak tertutup. Firman Allah SWT :

 “Hai Anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap
(memasuki) masjid”  ( Al A’raf : 31 )


Pakaian terindah bagi kaum mukmin adalah taqwa, sedangkan pakaian ternikmat adalah iman. Sedangkan yang terbaik adalah yang tidak membuat lalai dari Allah Azza wa Jalla, bahkan mendekatkan kepada syukur, dzikir dan ketaatan kepada-Nya, bukan pakaian yang membuat bangga diri, riya, terlebih lagi sombong. Imam Ash Shadiq a.s. berkata :

“Apabila engkau mengenakan pakaianmu, maka ingatlah tabir Allah Ta’ala yang menutupi dosa-dosamu dengan rakhmatNya. Tutuplah batinmu dengan kebenaran, sebagaimana engkau menutup lahirmu dengan pakaian. Jadikanlah batinmu berada dalam tabir ketakutan dan lahirmu dalam tabir ketaatan”.

“Pikirkanlah karunia Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan bahan-bahan pakaian untuk menutupi aurat lahiriah, yang membuka pintu-pintu tobat untuk menutupi aurat batin dari dosa-dosa dan akhlak buruk. Jangan membuka aib siapapun, karena Allah telah menutup aibmu, itu lebih baik.”



Dzhohir kita dalam menutupi aurat mempergunakan pakaian yang memenuhi kriteria suci dari hadats dan suci dari status kepemilikan, artinya pakaian yang dipakai halal adanya. Apabila dua kriteria tersebut tidak terpenuhi maka secara hukum Shalat kita tidak sah.

3. Makna proses batin dalam menghayati shalat agar tercapai sasaran tujuannya :

Menurut Imam Ghazali, Kehadiran Hati dalam Shalat adalah Mengosongkan hati dari hal – hal yang tidak boleh mencampuri dan mengajaknya berbicara, sehingga pengetahuan tentang perbuatan senantiasa menyertainya dan pikiran tidak berkeliaran kepada selainnya. Selagi pikiran tidak terpalingkan dari apa yang tengah ditekuninya sedangkan hatinya masih tetap mengingat apa yang tengah dihadapinya dan tidak ada kelalaian di dalamnya maka berarti telah tercapai kehadiran hati.

Kehadiran hati merupakan ruh . Batas minimal keberadaan ruh ini ialah kehadiran hati pada saat takbiratul ihram. Bila kurang dari batas minimal ini berarti kebinasaan.

Fakta menyatakan, bahwa shalat yang khusyu’ ( kehadiran hati ) merupakan hal yang tidak mudah, dan termasuk barang langka di jaman ini, padahal “kelalaian dari mengingat Allah” sebagai manifestasi ketidakhadiran hati, hanya akan mendapatkan, apa yang disebut Rasul sebagai “letih dan payah”. Rasululloh SAW, bersabda : “Betapa banyak orang yang menegakkan shalat hanya memperoleh letih dan payah” (HR.Nasai).


Jumat, 11 November 2011

Cahaya Bathin Manusia 10 : Memakai Wewangian


Kalau kekuatan fisik seseorang ditentukan dari ototnya. Kekuatan ilmu batin ditentukan dari roh. Memperkuat roh, salah satu caranya dengan wewangian. Karena itu orang yang sedang mempelajari ilmu batin atau ingin melestarikan kekuatan ilmu batin dalam jiwa raganya, ia dituntut selalu mengenakan wewangian.

Disebutkan, wewangian amat dibenci setan dan disukai para malaikat. Pengertian "Wangi " disini bukan sekedar wangi karena bau minyak wangi. Wangi yang hakiki adalah wanginya kepribadian, dan itu berarti Ahlakul Karimah. Tentu saja, melengkapi antara syareat dan hakikat itu seseorang memang disunahkan memakai wewangian sekaligus menghiasi diri dengan Ahlak yang baik.


Cahaya Bathin Manusia 9 : Zikir Kalimah Toyyibah


Ada hal-hal yang tersembunyi dibalik zikir kalimah Toyyibah " La ilaha illallah " pertama, zikir ini disebut sebagai sebaik-baiknya zikir, berdasarkan hadist riwayat Nasa'i, Ibnu Majjah, Ibnu Hibban, dan Hakim " Afdhaluzd dzikri La ilaha Illallaahu " yang artinya : sebaik-baik zikir adalah La ilaha illallah.

Kemudian pada hadist yang lain disebutkan bahwa dengan zikir kalimah Toyyibah ini menyebabkan pintu langit terbuka, selagi yang membaca kalimah itu orang yang menjauhi dosa-dosa besar. Sedangkan dengan mengamalkan zikir kalimah ini, sepanjang zikir ini diamalkan secara tulus ikhlas mengharap ridho Allah SWT, justru Allah yang akan mengatur potensi manusia. Dalam hadist Qudsy tersurat : " Barang siapa disibukkan zikir kepada-Ku sehingga tidak sempat memohon dari-Ku maka Aku akan memberikan yang terbaik dari apa saja yang Ku berikan "

Artinya : hikmah dari zikir kalimah Toyyibah itu, seseorang akan diberi karunia oleh Allah SWT walau jenis karunia itu tidak dimintanya. Ini Yang disebut dengan rezeki yang tak terduga-duga.

Hikmah lain, dari membiasakan diri berzikir kalimah " La ilaha illallah ", secara tidak langsung berarti merekam kalimat itu pada alam bawah sadar manusia. Seseorang dalam kondisi kritis, kalimat yang reflek muncul dari alam bawah sadarnya adalah kalimat yang paling akrab dengan lidah dan hatinya.

Maka, seseorang yang istiqomah dalam zikir kalimah " La ilaha illallah ", bila saat sakaratul maut hendak menjemput, Insya Allah kalimat itu yang akan muncul dari mulutnya. Dengan demikian berlakulah janji Allah SWT bahwa seseorang yang diakhir hayatnya mengucapkan kalimat " La ilaha illallah ", maka sorgalah balasannya.

Menyimak hal-hal dibalik kalimah Toyyibah ini, ada dua keuntungan yang bias kita raih. Pertama keuntungan dunia berupa ketenangan hati akibat bias dari aktivitas zikir, juga keuntungan dunia berupa datangnya karunia yang dilimpahkan yang lebih baik dibanding hamba lain yang meminta.

Sedangkan pahala akhiratnya adalah menemui kematian dengan Khusnul Khotimah. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang memperoleh keuntungan dunia akhirat. Amin.